Sejumlah ilmuwan di Inggris sedang menguji pendekatan inovatif untuk menekan emisi karbon dioksida (CO2), yakni dengan menyerapnya langsung dari air laut, bukan dari udara. Langkah ini dinilai sebagai terobosan potensial dalam upaya jangka panjang melawan perubahan iklim.

Ilustrasi/Freepik

Proyek yang dinamai SeaCURE ini didanai oleh pemerintah Inggris dan saat ini sedang diujicobakan di wilayah pesisir selatan negara tersebut. Teknologi ini bekerja dengan memanfaatkan kemampuan alami laut yang menyerap sekitar seperempat CO2 dari atmosfer setiap tahunnya.

“Dengan mengambil karbon dari laut, kita sebenarnya membantu laut menyerap lebih banyak karbon dari udara,” jelas Paul Halloran, kepala proyek SeaCURE, dalam wawancaranya dengan BBC pada Sabtu (19/4/2025).

Cara Kerja Teknologi Penangkap Karbon Laut

Proses dimulai dengan memasukkan air laut ke dalam tangki besar. Di dalam tangki tersebut, air dibuat menjadi lebih asam agar karbon di dalamnya bisa dilepaskan dalam bentuk gas CO2. Gas ini kemudian ditangkap menggunakan sistem pipa dan disimpan terpisah.

Setelah karbonnya diambil, air laut tersebut diproses kembali dengan menambahkan bahan alkali untuk menetralkan keasamannya sebelum dikembalikan ke laut. Dengan metode ini, laut memiliki kapasitas baru untuk menyerap CO2 dari atmosfer, menciptakan siklus penyerapan karbon yang berkelanjutan.

Walau saat ini kapasitas penyerapan karbon masih terbatas—sekitar 100 ton CO2 per tahun—tim SeaCURE percaya bahwa potensi pengembangan teknologi ini sangat besar. Halloran menyebut bahwa laut dapat menyimpan karbon 150 kali lebih banyak dibandingkan udara, menjadikannya media yang sangat efektif untuk menyerap karbon.

Tantangan Energi dan Dampak Lingkungan

Meskipun menjanjikan, teknologi ini tidak bebas tantangan. Salah satunya adalah kebutuhan energi yang cukup besar untuk memproduksi bahan kimia yang digunakan dalam proses ini. Halloran menggarisbawahi pentingnya memastikan bahwa proses ini tidak menimbulkan jejak karbon baru dari konsumsi energi yang tinggi.

Di samping itu, para ilmuwan juga sedang meneliti kemungkinan dampak terhadap ekosistem laut. Guy Hooper, seorang mahasiswa doktoral dari Universitas Exeter yang turut meneliti proyek ini, menuturkan bahwa beberapa organisme laut seperti kerang dan fitoplankton bergantung pada karbon untuk bertahan hidup.

“Karbon di laut bukan hanya polutan; ia juga dibutuhkan oleh makhluk laut untuk fotosintesis dan pembentukan cangkang. Penting sekali memastikan bahwa teknologi ini tidak mengganggu keseimbangan ekosistem,” ujar Hooper.

Dukungan Pemerintah dan Harapan Masa Depan

Kerry McCarthy, Menteri Energi Inggris, menyambut baik pengembangan teknologi ini. Ia menyebut SeaCURE sebagai langkah strategis menuju target emisi nol bersih. “Inovasi hijau seperti ini tak hanya mengurangi emisi gas rumah kaca, tapi juga membuka lapangan kerja dan mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” ungkap McCarthy.

SeaCURE sendiri menjadi salah satu dari sekian banyak inovasi berbasis teknologi ramah lingkungan yang tengah dikembangkan Inggris untuk mencapai target _net zero emission_ pada tahun 2050. Jika berhasil diterapkan secara luas, metode ini berpotensi menjadi komponen penting dalam ekonomi hijau berbasis kelautan.

Dengan terus dikembangkan dan diuji dampaknya secara ilmiah, teknologi penangkap karbon dari laut ini bisa menjadi solusi efektif dalam upaya global menghadapi krisis iklim. SeaCURE menjadi bukti bahwa laut bukan hanya korban perubahan iklim, tapi juga bisa menjadi bagian dari solusinya.