Inovasi terbaru dari China berpotensi mengubah lanskap transportasi udara global. Sebuah mesin hipersonik yang tengah dikembangkan diklaim mampu memangkas waktu perjalanan lintas benua menjadi hanya hitungan menit.

Mesin hipersonik
Mesin hipersonik/Eurasian Times via The Daily Galaxy

Mesin tersebut dikatakan sanggup melesat hingga Mach 16, atau sekitar 20.000 kilometer per jam. Teknologi propulsi ini dinilai sebagai pencapaian besar dalam bidang teknik kedirgantaraan dan dirancang oleh Beijing Power Machinery Institute. Detail pengembangan mesin ini telah dipublikasikan dalam Journal of Propulsion Technology.

Para ilmuwan yang terlibat menyatakan bahwa mesin ini tidak hanya lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar, tetapi juga menawarkan kestabilan yang lebih baik dibandingkan rancangan mesin hipersonik sebelumnya. Hal ini menjadi solusi atas berbagai kendala yang selama ini menghambat realisasi teknologi serupa.

Lompatan Teknologi di Atas Pesawat Supersonik

Seperti dilansir dari The Daily Galaxy pada Jumat (11/4/2025), selama bertahun-tahun pesawat supersonik seperti Concorde sudah menunjukkan kecepatan luar biasa, namun keterbatasan dalam efisiensi bahan bakar membuatnya tidak berkelanjutan secara komersial. Kini, China mendorong batas kecepatan lebih jauh, melampaui Mach 2, mendekatkan dunia pada era penerbangan hipersonik.

Mesin ini dirancang untuk beroperasi di ketinggian sekitar 30 kilometer dari permukaan bumi dan menggunakan teknologi dua mode detonasi. Pada kecepatan hingga Mach 7, mesin mengandalkan sistem detonasi rotasi yang menghasilkan pembakaran lebih efisien dibandingkan mesin jet biasa. Ketika melewati Mach 7, sistem akan beralih ke mode detonasi miring, yang memungkinkan mesin tetap stabil dan efisien di kecepatan ekstrem.

Para peneliti menyebutkan bahwa pendekatan ini bisa menghasilkan efisiensi konversi energi hingga 80%, jauh melampaui mesin konvensional yang hanya mencapai 20–30%.

Transformasi Global dalam Dunia Transportasi

Apabila mesin ini berhasil diintegrasikan ke dalam sistem pesawat komersial, waktu tempuh penerbangan bisa berkurang secara dramatis. Sebagai contoh, perjalanan dari Paris ke New York dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari satu jam, sedangkan rute London–Sydney yang biasanya memakan waktu 22 jam bisa ditempuh hanya dalam 90 menit. Bahkan, mesin ini diklaim mampu membawa kendaraan mengelilingi bumi hanya dalam dua jam.

Tak hanya berdampak pada transportasi penumpang, teknologi ini juga berpotensi merevolusi pengiriman barang. Logistik berkecepatan tinggi seperti ini dapat mempercepat distribusi global, sangat menguntungkan sektor seperti manufaktur bernilai tinggi dan pasokan medis.

Selain manfaat sipil, teknologi ini memiliki implikasi militer yang besar. Kendaraan atau rudal yang menggunakan mesin hipersonik dengan kecepatan Mach 16 sangat sulit dideteksi dan dihadang oleh sistem pertahanan udara saat ini, menimbulkan tantangan baru dalam strategi keamanan global.

Berbeda dengan rudal konvensional atau jet tempur, kecepatan tinggi kendaraan hipersonik menjadikannya nyaris tak terdeteksi oleh radar dan teknologi pelacak modern. Karena itu, banyak negara—termasuk Amerika Serikat, Rusia, dan negara-negara Eropa—telah menggelontorkan investasi besar untuk mengejar ketertinggalan dalam pengembangan teknologi ini.

Tantangan dan Masa Depan Teknologi Hipersonik

Walau menjanjikan, masih terdapat banyak tantangan teknis yang harus diatasi sebelum teknologi ini dapat digunakan secara luas. Kecepatan setinggi Mach 16 menciptakan suhu dan tekanan ekstrem, yang memerlukan sistem pelindung termal canggih agar struktur pesawat tidak hancur saat penerbangan.

Para insinyur harus mengembangkan material tahan panas serta sistem pendingin yang efisien guna menjaga stabilitas dan keamanan kendaraan saat beroperasi dalam kondisi ekstrem.

Meski masih dalam tahap pengembangan, kemajuan ini menandakan bahwa masa depan perjalanan udara supercepat bukan lagi sekadar fiksi ilmiah, melainkan mendekati kenyataan.